09 December 2011

PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DALAM KOMUNIKASI BENCANA

Materi perkuliahan disampaikan oleh Bu Kartika Oktorina SIP, MA. Beliau adalah salah satu Dosen pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara.

Pada pertemuan terakhir di kelas Kapita selekta tanggal 7 Desember 2011, beliau membagikan materi mengenai hasil penelitian yang diikutinya dalam kegiatan Research Week 2011 Universitas Tarumanagara mengenai “Peran Sosial Media dalam Komunikasi Bencana”.

Dalam penelitian yang dilakukan Bu kartika, dijabarkan bagaimana sebuah social media dapat menjadi sarana sosialisasi penanggulangan dan penyaluran bantuan terhadap korban bencana. Objek penelitiannya adalah sebuah kelompok yang terorganisir bernama JALIN MERAPI dan sosial media yang digunakan oleh JALIN MERAPI adalah Twitter. JALIN MERAPI merupakan organisasi masyarakat independen yang peduli dengan masyarakat korban bencana Merapi dari sebelum sehingga sesudah Merapi meletus.
Untuk mengetahui keefektifitasan dari penggunaan twitter ini, Bu Kartika mengikuti seluruh perkembangan dan update-update terbaru dalam timeline di akun twitter Jalin Merapi tersebut.


Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut yakni :
       Penggunaan Twitter sangat membantu saat bencana, tanpa melalui peran administrator, masyarakat juga tetap dapat memberi maupun memperoleh informasi (memperpendek alur komunikasi bencana) berbeda dengan website yang harus melewati administrator dalam memposting informasi berita.
       Tidak ada kelompok kepentingan yang mengatur timeline ketika menggunakan social media. Beda dengan media siar televise yang hanya menyorot di satu sisi karena adanya satu kepentingan.
       Penggunaaan Twitter sangat maksimal karena dapat digunakan sebagai medium yang dapat mengatur media-media lain seperti Koran online, facebook, dengan menggunakan link penghubung dengan media lain.
       Memberikan kesempatan dan membuka peluang untuk seluruh masyarakat menjadi citizen journalism atau jurnalisme warga.

Demikian materi perkuliahan selama kelas Kapita Selekta berlangsung, dan terima kasih kepada seluruh Dosen pengajar yang telah memberikan materi perkuliahan yang bermanfaat tentunya semoga materi yang dibagikan turut dapat memberikan informasi kepada teman-teman pembaca.

02 December 2011

IKLAN POLITIK dan KEGAGALAN PARTAI POLITIK

Materi disampaikan oleh Bapak Dr. Eko Harry Susanto, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara, Jakarta.

GOLPUT? MENGAPA TERJADI?
       Pilpres 2004 Putaran 1 (23,47 %,)
       Pilpres 2004 Putaran 2 (24, 95 %)
       Pilpres 2009,  (27,77 %)
       Dari tahun 2004 - 2009  terjadi penurunan jumlah pemilih


Iklan merupakan salah satu sarana promosi bagi para calon pemimpin Negara yang mewakili partai politik tertentu kepada golongan masyarakat pemilih. Ketika iklan telah banyak ditayangkan, namun mengapa masih banyak masyarakat yang memiliki hak untuk memilih malah memutuskan diam di rumah daripada mencoblos di TPU? Padahal dalam iklan tersebut ditayangkan berbagai macam janji-janji calon pemimpin ketika terpilih, berbagai citra yang baik turut pula disebarkan melalui tayangan iklan. Apakah mungkin mereka para pemilik suara telah bosan dengan adanya iklan yang dianggap membual?
Tentu saja penyebab menurunnya jumlah pemilih tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain banyaknya serangan iklan yang tayang di televisi, tentunya calon pemimpin dalam mempromosikan dirinya turut melancarkan strategi lainnya. Nah, strategi inilah yang patut dipertanyakan keabsahannya.
Tak salah apabila jumlah pemilih menurun drastis, karena banyak calon pemilih tidak menyukai cara kampanye yang dilakukan oleh calon pemimpin tadi. Kampanye terselubung banyak terjadi, monopoli dan pembelian tayangan di televisi yang hanya menayangkan satu kandidat saja, masalah transparansi biaya juga dipertanyakan.
Setelah semua keburukan kampanye terselubung tercium dan terbongkar ditambah lagi berbagai macam media meliput hal ini, maka habislah sudah masa jaya si calon pemimpin. Kredibilitas dan citra baik yang dibangun selama bertahun-tahun lamanya menjadi rusak dan tidak dapat dikembalikan lagi. Sehingga janji-janji yang telah dilontarkan sejak awal kampanye berubah menjadi bualan semata dan tidak ada lagi yang mau mempercayai apalagi memberikan hak suara untuk memilih.
Alasan inilah yang sangat mendukung sebuah iklan politik tidak lagi menjadi efektif dalam penayangan dan penyebarannya. Meskipun iklan  makin menarik dengan biaya tinggi sekalipun, tidak mampu mempengaruhi golput untuk menggunakan hak pilih. Maka kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan bahwa iklan lah  yang tidak efektif, melainkan juga harus melihat dari sisi lain dan mempertimbangkan isi tayangan iklan, kredibilitas dan citra si pemakai jasa iklan secara logika.