02 December 2011

IKLAN POLITIK dan KEGAGALAN PARTAI POLITIK

Materi disampaikan oleh Bapak Dr. Eko Harry Susanto, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara, Jakarta.

GOLPUT? MENGAPA TERJADI?
       Pilpres 2004 Putaran 1 (23,47 %,)
       Pilpres 2004 Putaran 2 (24, 95 %)
       Pilpres 2009,  (27,77 %)
       Dari tahun 2004 - 2009  terjadi penurunan jumlah pemilih


Iklan merupakan salah satu sarana promosi bagi para calon pemimpin Negara yang mewakili partai politik tertentu kepada golongan masyarakat pemilih. Ketika iklan telah banyak ditayangkan, namun mengapa masih banyak masyarakat yang memiliki hak untuk memilih malah memutuskan diam di rumah daripada mencoblos di TPU? Padahal dalam iklan tersebut ditayangkan berbagai macam janji-janji calon pemimpin ketika terpilih, berbagai citra yang baik turut pula disebarkan melalui tayangan iklan. Apakah mungkin mereka para pemilik suara telah bosan dengan adanya iklan yang dianggap membual?
Tentu saja penyebab menurunnya jumlah pemilih tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain banyaknya serangan iklan yang tayang di televisi, tentunya calon pemimpin dalam mempromosikan dirinya turut melancarkan strategi lainnya. Nah, strategi inilah yang patut dipertanyakan keabsahannya.
Tak salah apabila jumlah pemilih menurun drastis, karena banyak calon pemilih tidak menyukai cara kampanye yang dilakukan oleh calon pemimpin tadi. Kampanye terselubung banyak terjadi, monopoli dan pembelian tayangan di televisi yang hanya menayangkan satu kandidat saja, masalah transparansi biaya juga dipertanyakan.
Setelah semua keburukan kampanye terselubung tercium dan terbongkar ditambah lagi berbagai macam media meliput hal ini, maka habislah sudah masa jaya si calon pemimpin. Kredibilitas dan citra baik yang dibangun selama bertahun-tahun lamanya menjadi rusak dan tidak dapat dikembalikan lagi. Sehingga janji-janji yang telah dilontarkan sejak awal kampanye berubah menjadi bualan semata dan tidak ada lagi yang mau mempercayai apalagi memberikan hak suara untuk memilih.
Alasan inilah yang sangat mendukung sebuah iklan politik tidak lagi menjadi efektif dalam penayangan dan penyebarannya. Meskipun iklan  makin menarik dengan biaya tinggi sekalipun, tidak mampu mempengaruhi golput untuk menggunakan hak pilih. Maka kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan bahwa iklan lah  yang tidak efektif, melainkan juga harus melihat dari sisi lain dan mempertimbangkan isi tayangan iklan, kredibilitas dan citra si pemakai jasa iklan secara logika.

No comments:

Post a Comment