10 September 2011

Perempuan Cantik dan Media Massa

oleh Stephanie Chandra-915080070-Fikom Universitas Tarumanagara

Agnes Monica
Role Model Perempuan Cantik Indonesia
 Multi-Talented Actress
Materi dan diskusi bersama dengan Tema “Perempuan Dalam Media Massa” dibimbing oleh Henny Wirawan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta pada Rabu, 7 September 2011.
Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah, itulah satu kalimat yang disetujui oleh hampir seluruh lelaki di muka bumi. Tapi dibalik itu terdapat pandangan yang tidak mengenakkan mengenai perempuan.
Zaman dahulu pada era penjajahan di Indonesia, perempuan dilarang menuntut ilmu dan mengenyam pendidikan, hak perempuan pun berada di bawah hak laki-laki. Sehingga sangatlah wajar jika perempuan pada zaman itu dipandang sebagai seseorang yang hanya pandai dalam memasak, mengurus keluarga dan mengatur segala kebutuhan rumah tangga. Namun berkat perjuangan R.A Kartini lah, perempuan Indonesia bisa mendapatkan persamaan hak dalam pendidikan dan hal lainnya.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, perempuan terus membuktikan eksistensinya dengan muncul dalam berbagai media massa dengan berbagai profesi seperti model iklan, artis, penyanyi, presenter bahkan sebagai petinggi Negara dan terkait dengan dunia politik. Karena tuntutan sebagai publik figur, terlebih lagi terus menjadi sorotan kamera, perempuan tentunya sangat memperhatikan penampilan mereka. Akibat seringnya melihat perempuan cantik di berbagai media massa, maka terbentuklah citra bahwa perempuan cantik itu adalah yang langsing, tinggi, memiliki kulit berwarna putih merona, berambut panjang terurai dengan bebasnya. Tak salah jika perempuan cenderung dijadikan objek sekualitas untuk diekspos. Namun tak pantas juga jika perempuan selalu direndahkan dan dikupas kemolekan tubuhnya untuk kepentingan “oknum” tidak bertanggung jawab. Dampak yang ditimbulkan akibat over ekspos sensualitas kembali lagi pada perempuan itu sendiri, apakah ia bersedia untuk diekspos atau tidak.
Perempuan dianggap sebagai makhluk lemah sehingga tak jarang perempuan dijadikan sasaran empuk para pelaku kriminal. Terbalik dengan pernyataan tersebut, banyak perempuan yang tangguh dan kuat menjalani berbagai profesi yang kebanyakan dilakukan oleh kaum lelaki seperti petinju, atlet bela diri, dan lainnya.  Adapula anggapan negatif bahwa perempuan dalam media massa hanyalah sebagai “hiasan” atau “pemanis”. Pada kenyataannya semua perempuan memang manis dan memiliki kelebihan masing-masing.
Semua anggapan-anggapan negatif mengenai perempuan tidaklah dapat langsung ditelan mentah-mentah. Dalam proses menarik kesimpulan dikembalikan lagi kepada gaya dan daya pikir masing-masing orang. Ada satu pernyataan “ Belief in a Just World” yaitu suatu kepercayaan bahwa jika melakukan kebaikan maka kebaikan pula yang akan diterima, begitu pula sebaliknya. Sama halnya dengan pikiran, jika selalu berpikir secara positif maka begitu pula cermin diri kita di mata orang lain dan sebaliknya. Semua yang berawal dari diri sendiri dan akan kembali pada diri sendiri.
Sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi, harapan saya adalah media komunikasi dapat mendukung terciptanya masyarakat yang berpendidikan dengan meningkatkan tayangan berunsur ilmu pengetahuan positif, mengkonstruksikan segala sesuatu mengenai perempuan dengan baik dan benar sehingga tercipta kondisi masyarakat yang berpandangan dan memiliki persepsi positif dan tidak lagi mengangkat isu bias dan diskriminasi gender serta meremehkan perempuan melainkan menghormati dan menyadari akan hak-hak perempuan untuk mendapatkan citra positif dan hidup lebih baik lagi.

1 comment: