08 October 2011

Transformasi dan Kebebasan Media serta Dampaknya

Pada pertemuan di kelas tanggal  5 Oktober 2011, Ibu Diah Ayu Sandra Ningrum yang merupakan seorang jurnalis dari TEMPO memberikan pandangan mengenai Transformasi Media.

Seperti kita ketahui pada zaman pemerintahan orde baru (1966-1999), media tidaklah memiliki keluwesan dalam segala tindakan pemberitaan. Pada saat itu, media dijadikan corong pemerintahan, pemberitaan mengenai pemerintah dan segala yang terkait hanya yang bersifat positif sehingga tidak ada transparansi mengenai segala kekurangan yang ada dalam aspek pemerintahan. Setelah masa orde baru terlewati muncul istilah demokrasi yang mengusung kebebasan dan terbatas. Sehingga media pun mengalami yang namanya kebebasan dalam pemberitaan namun harus tetap taat pada kode etik jurnalistik dan pemberitaan. Namun ada kalanya media lupa dan secara tidak sengaja melanggar apa yang seharusnya mereka tidak lakukan. Frekuensi pemberitaan pun jarang diperhatikan oleh media penyiaran sehingga menyebabkan kelebihan frekuensi tayang, kesalahan terjadi dan menyebabkan audiens yang menyimak menjadi terpengaruh persepsi dan mengarah pada perilaku.
Seperti contoh ketika muncul pemberitaan mengenai Ryan “Sang Penjagal” yang membunuh setiap korbannya dengan cara memenggal tubuh korbannya menjadi beberapa bagian sebelum dibuang ke tempat yang direncanakan. Berbagai saluran televisi terus menayangkan pemberitaan ini ketika setiap korbannya terkuak, selain itu rekonstruksi pembunuhan juga turut ditayangkan dan tentunya hal ini menimbulkan dampak. Tidak lama setelah Ryan mengalami proses hukum, ada lagi pemberitaan seorang istri cincang suaminya karena dibakar cemburu. ketika melapor ke polisi, ia mengatakan bahwa suaminya menghilang, namun setelah kasus diusut, ternyata yang menghilangkan suaminya adalah dirinya sendiri dengan cara memenggal dan mencincang tubuh suaminya karena cemburu dan cara membunuhnya terinspirasi oleh Ryan.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian bagi media penyiaran. Selain itu, sebagai audiens kita juga seharusnya tidak hanya bersikap pasif hanya menerima segala informasi yang diberitakan melalui media pemberitaan, melainkan turut aktif check dan re-check mengenai kredibilitas sumber berita, serta mengkomparasikan antara 1 media dengan media lainnya, karena tidak semua info 100% benar adanya, serta turut memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkan ketika melihat suatu pemberitaan yang memang tidak layak disimak.

No comments:

Post a Comment